PEKANBARU (CakapRiau.com) – Kegiatan rehabilitasi mangrove yang dilaksanakan dengan konsep kerja kolaborasi, mulai menunjukkan hasil pada pemulihan lingkungan di kawasan pesisir.
Kegiatan Padat Karya Percepatan Rehabilitasi Mangrove (PKPRM) dilaksanakan Badan Restorasi Gambut dan Mangrove (BRGM), Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), KPH bersama dengan kelompok masyarakat.
”Pada beberapa titik lokasi, bibit yang ditanam sejak 2019 lalu mulai terlihat tumbuh. Di lokasi ini udang, lokan dan ikan mulai kembali datang ke pinggir pantai, menandakan bahwa lingkungan yang rusak mulai perlahan pulih,” kata pelaksana PKPRM di Bengkalis, Kumar, Jumat (24/12/2021).
Tantangan yang tidak mudah di lapangan adalah ombak. Sebagian bibit memang hanyut atau bahkan ada yang mati. Namun, begitu masyarakat tetap berupaya untuk melakukan penyisipan bibit mangrove, sebagai bentuk berikhtiar menjaga kampung mereka.
”Program ini juga menghidupkan kembali semangat gotong royong di tengah masyarakat. Semula mereka tidak terlalu peduli dengan lingkungan, sekarang Alhamdulillah dari kegiatan mangrove sudah banyak memberi manfaat untuk masyarakat,” kata Kumar.
Tahun 2021 luas penanaman PKPRM di Provinsi Riau mencapai 6.320 ha. Program ini memberikan multi manfaat, karena tidak hanya pada lingkungan, namun juga ekonomi masyarakat karena yang terlibat akan mendapatkan pemasukan.
”Ada 271.969 Hari Orang Kerja (HOK), dengan keterlibatan sekitar 168 kelompok masyarakat, dan anggota kelompok penerima padat karya mencapai 5.362 orang,” ungkap Kepala BPDASHL Indragiri Rokan KLHK, Irpana Nur.
Dari kegiatan PKPRM 2021, tercatat lebih kurang 19,8 juta bibit tertanam. Adapun tantangan yang dihadapi adalah mempertahankan keberadaan bibit untuk tetap terus tumbuh dan hidup menjadi benteng menjaga kawasan pesisir dari ancaman abrasi.(PI/CKR)